Oleh: Asep Tutuy Turyana | 16 Mei 2010

BUKTI KEBERADAAN SULAIMAN DI INDONESIA

BUKTI KEBERADAAN SULAIMAN DI INDONESIA


Dan Kami tundukkan angin bagi Sulaiman, yang perjalanan (angin) di waktu pagi sama dengan perjalanan sebulan dan perjalanan (Angin) di waktu sore sama dengan sebulan…”

(Q.S. Saba : 12/ 3412)

Dari keterangan ayat tersebut di atas (Q.S. Saba : 12) bahwa Nabi Sulaiman a.s. hidup di negeri yang perjalanan angin di waktu pagi sama dengan perjalanan selama satu bulan begitupun dengan perjalanan angin di waktu sore harinya, inilah yang kita kenal dengan Angin Muson yang terjadi di Indonesia, yaitu angin muson barat dan angin muson timur.

AnginMuson (Monsun)

Angin muson adalah angin yang berhembus secara periodik (minimal 3 bulan) dan antara periode yang satu dengan yang lain polanya akan berlawanan yang berganti arah secara berlawanan setiap setengah tahun. Umumnya pada setengah tahun pertama bertiup angin darat yang kering dan setengah tahun berikutnya bertiup angin laut yang basah. Pada bulan Oktober – April, matahari berada pada belahan langit Selatan, sehingga benua Australia lebih banyak memperoleh pemanasan matahari dari benua Asia. Akibatnya di Australia terdapat pusat tekanan udara rendah (depresi) sedangkan di Asia terdapat pusat-pusat tekanan udara tinggi (kompresi). Keadaan ini menyebabkan arus angin dari benua Asia ke benua Australia. Di Indonesia angin ini merupakan angin musim Timur Laut di belahan bumi Utara dan angin musim Barat di belahan bumi Selatan. Oleh karena angin ini melewati Samudra Pasifik dan Samudra Hindia maka banyak membawa uap air, sehingga pada umumnya di Indonesia terjadi musim penghujan.

Angin Muson bisa terjadi apabila suatu Negara berada diantara 2 (dua) kontinen/benua. Indonesia sendiri berada di antara dua benua,yaitu benua Asia dan Australia selain itu juga Indonesia berada di antara 2 (dua) samudera, yaitu samudera Pasifik dan samudera Atlantik.

Nama Sulaiman sendiri merupakan nama khas dari orang Jawa dan merupakan satu-satunya nabi dan Rasul (yang wajib diketahui) yang memiliki nama khas ini, yaitu perpaduan antara kata-kata Su-lai-man, sama halnya dengan nama-nama seperti Sudirman, Sukirman, Sutarman dll.

Selain itu kita sampai saat ini masih terdapat sebuah tempat/kota di Jogjakarta dengan nama Sulaiman yaitu Sleman, di daerah ini terdapat banyak sekali peninggalan dari masa lampau yang penuh misteri, diantaranya bangunan Borobudur, Prambanan, Situs Ratu Boko dll.

Dari beberapa sumber sejarah, Bangunan/candi Borobudur dibangun oleh Dinasti Sailendra, namun itupun hanya sebatas perkiraan, karena tidak ada bukti autentik yang benar-benar bisa dipertanggungjawabkan secara ilmiah.

Daoed Joesoef (mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan) dalam bukunya “BOROBUDUR” pada halaman 43, menjelaskan makna dari kata Sailendra berasal dari kata Saila indra yang artinya Raja Gunung. Ini bisa difahami dalam beberapa kisah/legenda di tanah Jawa khususnya di Trowulan (ibukota Majapahit), bahwa Sailendra ini mampu menaklukkan gunung dan sanggup memutarnya saat melawan seorang raksasa.

Dalam sejarah Islam sendiri, kita mengenal satu-satunya nabi yang memiliki mu’jizat sanggup menaklukkan gunung adalah Nabi Daud a.s. dan dalam kisahpun Nabi Daud a.s. pernah mengalahkan seorang raksasa bernama Jalut. Dialah ayah dari Nabi Sulaiman a.s.

 

 

 

 

Dan sesungguhnya telah Kami berikan kepada Daud karunia dari Kami. “Hai gunung-gunung dan burung-burung, bertasbihlah berulang-ulang bersama Daud” dan kami telah melunakkan besi untuknya.

(Q.S. Saba ; 10/ 3410)

Atau dari beberapa sumber, makna Sailendra inipun berasal dari kata Salin Indra yang artinya bisa menguasai/berganti-ganti alam, yaitu alam manusia , alam ghaib (jin/setan dll) dan alam binatang.

Satu-satunya Nabi yang menguasai alam-alam ini, sehingga mampu berkomunikasi bahkan menguasainya adalah Nabi Sulaiman a.s.

 

 

 

 

“Dan Sulaiman telah mewarisi Daud dan dia berkata; ‘Hai manusia, kami telah diberi pengertian tentang bahasa burung dan kami diberi segala sesuatu. Sesungguhnya semua itu benar-benar suatu karunia yang nyata”

(Q.S. An Naml : 16/ 2716)

 


 

“Dan dikumpulkan bagi Sulaiman tentaranya dari Jin, manusia dan burung lalu mereka itu diatur dengan tertib”

(Q.S. An Naml : 17/2717)


 

 

 

 

 

Dan Kami tundukkan angin bagi Sulaiman, yang perjalanan (angin) di waktu pagi sama dengan perjalanan sebulan dan perjalanan (Angin) di waktu sore sama dengan sebulan dan kami alirkan cairan tembaga baginya. Dan sebahagian dari jin ada yang bekerja di bawah kekuasaannya dengan izin Tuhannya………..”

(Q.S. Saba : 12/ 3412)

Oleh: Asep Tutuy Turyana | 16 Mei 2010

INDONESIA NEGERI AL QURAN

INDONESIA NEGERI AL QURAN


Katakanlah, dimanakah letak syahadat terbesar itu ? (Q.S. 6 : 19)

 

Pernyataan Allah swt dalam Q.S. Al An’am ayat 19 tersebut adalah seolah memberikan tanda tanya besar kepada kita selama ini. Jika kita hitung secara matematis tentunya bisa ditebak, bahwa itulah INDONESIA.

Indonesia merupakan negara terbesar penduduknya yang memeluk agama Islam dibandingkan dengan negara-negara lainnya di dunia, dari sekitar 220.000.000 pendudukanya 80% diantaranya adalah pemeluk Islam, berarti kita bisa hitung ada sekitar ± 176.000.000 orang. Dari jumlah ini minimal 75%-nya yang melakukan shalat wajib sehari semalam minimal membaca 9 (Sembilan) kali saja, jumlah yang bisa kita hitung adalah 132.000.000 X 9 = 1.188.000.000. Belum lagi jika mereka melakukan shalat sunnah yang lainnya, bisa dibayangkan berapa kali syahadat yang dibaca umat Islam di Indonesia.

Pernyataan Allah swt tersebut dicantumkan dalam Q.S. 6 : 19, bilangan-bilangan ini mengingatkan kita kepada bilangan 114, yang merupakan factor perkaliannya, yaitu : 6 X 19 = 114. Sebagaimana kita ketahui 114 adalah jumlah surat yang terdapat di dalam Al Quran.

Dengan demikian secara tidak langsung juga menyatakan bahwa Indonesia adalah negeri Al Quran, jika memang demikian harus ada bukti visual tentang hal ini bahwa Indonesia adalah gambaran dari Al Quran. Jika kita membuat diagram batang dari ayat-ayat dari srat pertama sampai terakhir (dari Al Fatihah sampai An Naas)

Misalnya surat Al Baqoroh yang berjumlah 286 ayat, jika dibuat diagram batangya berdasarkan nilai ratusan, puluhan dan satuannya akan didapatkan, 2 batang di kolom ratusan, 8 batang di kolom puluhan dan 6 batang di kolom satuan. Dari deretan diagram batang tersebut, jika kita lihat nilai satuannya akan dijumpai beberapa ekspresi yang melambangkan beberapa symbol/kota di Indonesia.

 

 

 

DAFTAR SURAT DAN  JUMLAH AYAT AL-QURAN, (MUSHAF UTSMANI)

  

  

  

  

  

  

NAMA SURAT

No. Surat

Ayat

NAMA SURAT

No. surat

Ayat

Al Fatihah

1

7

AI-Mujadilah

58

22

Al-Baqarah

2

286

AI-Hasyr

59

29

Al-Imran

3

200

AI-Mumtahanah

60

13

An-Nisa’

4

176

Ash-Shaff

6l

14

Al Maidah

5

120

Al Juma’ah

62

11

Al-An’am

6

165

AI-Munafiqun

63

11

AI-A’raf

7

206

At-Taghuibun

64

18

Al-Anfal

8

75

Al-Thalaq

65

12

At Taubah

9

129

AI-Tahrim

66

12

Yunus

10

109

AI-Mulk

67

30

Hud

11

123

AI-Qalam

68

52

Yusuf

12

111

Al Haqqah

69

52

Ar-Ra’d

13

43

AI-Ma’arij

70

44

Ibhrahim

74

52

Nuh

71

28

Al-Hijr

15

99

Al-Jin

72

28

An-Nahl

16

128

AI-Muzzanmmil

73

20

Al-Isra’

17

111

Al-Muddatstsir

74

56

AI-Kahfi

18

110

AI-Qiyamah

75

40

Maryam

19

98

AI-Insan

76

31

Thaha

20

135

AI-Mursalat

77

50

Al-Anbiya’

21

112

An-Naba’

78

40

AI-Hajj

22

78

An-Nazi’at

79

46

AI-Mu’minun

23

118

‘Abasa

80

42

An-Nur

24

64

At-Takwir

81

29

Al-Furqan

25

77

AI-lnfithar

82

19

Asy-Syu’ara’

26

227

AI-Muthaffifin

83

36

An-Naml

27

93

Al-Insyiqaq

84

25

AI-Qashash

28

88

AI-Buruj

85

22

AI-‘Ankabut

29

69

Ath-Thariq

86

17

Ar-Rum

30

60

AI-A’Ia

87

19

Luqman

31

34

A!-Ghasyiyah

88

26

As-Sajdah

32

30

AI-Fajr

89

30

Al-Ahzab

33

73

AI-Balad

90

20

Saba’

34

54

Asy-Syams

91

15

Fathir

35

45

Al-Lail

92

21

Ya Sin

36

83

Adh-Dhuha

93

11

Ash-Shaffat

37

182

Alam Nasyrah

94

8

Shad

38

88

At-Tin

95

8

Az-Zumar

39

75

Al-‘Alaq

96

19

AI-Mu’min

40

85

Al-Qadr

97

5

Fushshilat

41

54

Al-Bayyinah

98

8

Asy-Syura

42

53

Az-Zalzalah

99

8

Az Zukhruf

43

89

Al- ‘Adiyat

100

11

Ad-Dukhan

44

59

AI-Qari’ah

101

11

A!-Jatsiyah

45

37

At-Takatsur

102

8

Al Ahqaaf

46

35

Al ‘Ashr

103

3

Muhammad

47

38

Al Humazah

104

9

AI-Fath

48

29

Al-Fil

105

5

AI-Hujurat

49

18

Quraisy

106

4

Qaf

50

45

AI-Ma’un

107

7

Adz-Dzariyat

51

60

AI-Kautsar

108

3

Ath-Thur

52

49

AI-Kafirun

109

6

An-Najm

53

62

An-Nashr

110

3

AI-Qamar

54

55

Al-Lahab

111

5

Ar-Rahman

55

78

AI-Ikhlas

112

4

AI-Waqi’ah

56

96

AI-Falaq

113

5

AI-Hadid

57

29

An-Naas

114

6

Jumlah

1,653

5,104

  

4,902

1,132

Total jumlah ayat: 5.104 + 1.132 = 6. 236 Total jumlah nomor surat: 1.653 + 4.902 = 6.555

  

  

  

  

  

  

  

Jika dibuat grafik batangnya dari jumlah surat-surat dalam Al Quran, maka ekspresinya adalah sebagai berikut :


Sebagai contoh kita ambil nilai satuan dari surat ke – 33 sampai dengan surat ke – 66. Jika kita lihat sekilas dari surat ke – 33 sampai dengan surat ke – 42 (10 buah surat) terlihat seperti bentuk stupa Borobudur yang ada di Jawa Tengah di sebelah kanannya adalah ekspresi dua buah candi lainnya, namun belum sempurna bentuknya.

 

Jika kita transformasikan/tukarkan beberapa surat yang satu dengan yang lainnya, maka akan membentuk bangunan yang sempurna/ seimbang. Sehingga bentuknya menjadi seperti gambar di bawah ini


Dari gambar awal surat ke – 36 ditukar dengan surat ke – 54 dan surat ke – 37 ditukar tempatnya dengan surat ke – 55, keduanya memenuhi system transformasi – 19. Sama halnya dengan pindahnya lafazh “Basmallah” dari surat ke – 9 ke surat – 27.

Makanya kita tahu mengapa surat At Taubah (surat ke – 9) tidak ada “basmallah“nya dan di surat An Naml (surat ke – 27) ada 2 (dua) buah “basmallah”, yaitu di awal (pembuka) dan pada ayat ke – 30. Sehingga jumlah basmallah dalam Al Qur’an tetap jumlahnya 114 dan genap dibagi 19, yaitu 114 : 19 = 6

 

 

 

“Dan apabila Kami letakkan suatu ayat di tempat ayat yang lain sebagai penggantinya padahal Allah lebih mengetahui apa yang diturunkan-Nya, mereka (orang-orang kafir) berkata: “Sesungguhnya kamu adalah orang yang mengada-adakan saja”. Bahkan kebanyakan mereka tiada mengetahui.” Q.S. An Nahl (16) : 101

Jika dalam bentuk seimbangnya, grafik Kota Al Qur’an tersebut akan menjadi seperti ini.


Allah swt berfirman

 

 

 

 

“Bahkan mereka mengatakan: “Muhammad telah membuat-buat Al Quran itu”, Katakanlah: “(Kalau demikian), maka datangkanlah sepuluh surat-surat yang dibuat-buat yang menyamainya, dan panggillah orang-orang yang kamu anggap bisa selain Allah, jika kamu memang orang-orang yang benar”

Q.S. Hud (11) : 13 (1113)

Ayat ke – 30 dari surat An Naml ini adalah kisah tentang Nabi Sulaiman as yang mengirim surat kepada Ratu Saba dengan perantaraan burung Hud-hud.


 

 

“Sesungguhnya surat itu, dari SuIaiman dan sesungguhnya (isi)nya: “Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.” Q.S. An Naml (27) : 30 (2730)

Perpindahan dalam Grafik Kota Al Qur’an di atas pun memenuhi kriteria Transformasi 19, yaitu sebanyak 19 surat, hal inipun mengingatkan tentang perpindahan Arsy Ratu Saba pada Kisah Nabi Sulaiman as.

Dari penjelasan di atas cukup memberikan gambaran bagi kita bahwa jelaslah bahwa Indonesia adalah Negeri Al Quran.

 

 


 

Oleh: Asep Tutuy Turyana | 28 April 2010

BUKTI LAIN SAINS QURAN

VII. BUKTI LAIN (Kajian Sains Qur’an)

 

  • SURAT YUSUF, BUKTI AWAL TENTANG SHALAT

 

Subhanallah, Maha Suci Allah yang menciptakan segala sesuatu dengan tidak sia-sia, sebagaimana Allah swt menempatkan Q.S. Yusuf pada urutan ke – 12, ini semua adalah bentuk kesengajaan Allah swt agar kita dapat menggunakan akal dan fikiran kita dengan baik.

 

a.1. Angka – 12

 

Sebagaimana kita ketahui bahwa jenis bilangan rokaat dalam shalat adalah 2, 3 dan 4 rokaat, angka 12 telah menghimpun ke-tiga bilangan rokaat shalat itu yaitu merupakan KPK (Faktor Persekutuan terkecil), artinya bilangan terkecil yang habis dibagi dengan 2, 3 dan 4.

– 12 : 2    (shubuh)    =     6

– 12 : 4    (dhuhur)    =    3

– 12 : 4     (ashar)    =    3

– 12 : 3     (maghrib)    =    4

– 12 : 4    (isya)        =    3

 

(Penjelasan fenomena angka – 19, terdapat dalam buku yang disusun oleh Penulis dengan judul “Keajaiban Angka 19 dalam Al Qur’an)

 

Dan ternyata angka – 19, merupakan jumlah huruf dalam “Basmallah“,


 

 

 

Angka – 19 adalah nilai gematria dari kata Arab “satu” yaitu kata “waahid“, jadi ini merupakan pesan dasar yang disampaikan bahwa Allah swt itu satu/waahid.

Pada zaman Nabi Muhammad saw, belum dikenal bilangan, 0,1,2,3,…..9. Pada saat itu menggunakan huruf-huruf alphabet untuk menuliskan bilangan. Nilai masing-masing huruf tersebut dinamakan nilai gematria, hal ini sudah umum digunakan. Berikut nilai gematria dari kata “waahid“.

 

 

 

 

 


 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 


 

 

 

 

 

Dalam Q.S. Jin (surat ke 72 ayat 28) Allah swt berfirman :

 

Tuhan menciptakan segala sesuatu dengan ukuran yang teliti”

(Q.S. 72 : 28)

 

Dari kode surat dan ayat inipun kita bisa menemukan jawaban mengapa muncul angka – 19, yaitu dengan menjumlahkan bilangan surat dan ayatnya;

 

7 + 2 + 2 + 8 = 19

Subhanallah!

 

Apabila kita pecah, kalimat “Bismillaahirrahmaanirrahiim“, maka akan terdapat 3 (tiga) kata yang membentuk makna, yaitu :

 

 

 

 


 

 



 

 

 

 

 

 

Lihat pembagian KPK 12 dengan bilangan-bilangan rokaat shalat di atas!

 

Dari pengelompokan di atas, kita bisa mengetahui secara matematis, mengapa Rasulullah melakukan shalat jama (mengumpulkan dua waktu shalat dalam satu waktu) yaitu ; shalat dhuhur dengan shalat ashar dan shalat magrib dengan shalat isya. Sedangkan shalat shubuh tidak bisa dijama’ dengan shalat apapun.

 

Mungkin ini jawaban matematis atas pertanyaan, mengapa yang bisa di jama’ itu shalat dhuhur dengan ashar serta maghrib dengan isya saja? Mengapa shalat shubuh tidak bisa dijama’ dengan shalat manapun? Atau mengapa shalat ashar dengan maghrib tidak bisa dijama’?

 

Jawabannya adalah, gabungan/jama’ antara shalat-shalat tersebut akan membentuk kalimat/kata yang sempurna yang memiliki makna.

 

Bayangkan seandainya yang dijama’ adalah shubuh dan dhuhur. Perhatikan kombinasi huruf-huruf berikut, (shubuh diwakili kata “ar rohiim“/6 huruf dan dhuhur diwakili kata “hmaani“/3 huruf)


 

 


 

Kita tidak akan pernah menjumpai kalimat seperti itu ” hmaanirrohiim” dan jelas kalimat ini tidak mempunyai makna yang jelas. Begitupun jika kita jama’ antara shalat ashar “alif-lam-ro“/3 huruf dan maghrib “Allaah“/4 huruf, membentuk kalimat “allaahi(l)rr“, kalimat ini tidak akan pernah kita jumpai apalagi maknanya.

 

 

 

a.2 Angka – 111

 

Seperti kita ketahui dari uraian di atas bahwa Q.S. Yusuf banyak mengungkap tentang rahasia shalat. Angka 111 merupakan jumlah ayat dari Q.S. Yusuf.

Ternyata angka – 111 inipun memberikan informasi kepada kita tentang jumlah gerakan shalat dalam shalat wajib.

– Rokaat awal    : Berdiri, ruku’, i’tidal, sujud, duduk diantara dua sujud dan

sujud yang kedua (jumlah 6 gerakan)

  • Rokaat kedua/akhir : Berdiri, ruku’, I’tidal, sujud, duduk diantara dua

sujud, sujud yang kedua, duduk iftirasy/tawaruk (jumlah

  1. gerakan)

 

Mari kita hitung bersama!

  • Shubuh
    • rokaat I    : 6 gerakan     
    • rokaat II    : 7 gerakan
  • Dhuhur
    • rokaat I    : 6 gerakan
    • rokaat II    : 7 gerakan
    • rokaat III    : 6 gerakan
    • rokaat IV    : 7 gerakan
  • Ashar
    • rokaat I    : 6 gerakan
    • rokaat II    : 7 gerakan
    • rokaat III    : 6 gerakan
    • rokaat IV    : 7 gerakan
  • Maghrib
    • rokaat I    : 6 gerakan
    • rokaat II    : 7 gerakan
    • rokaat III    : 7 gerakan
  • Isya
    • rokaat I    : 6 gerakan
    • rokaat II    : 7 gerakan
    • rokaat III    : 6 gerakan
    • rokaat IV    : 7 gerakan

 

Subhanallah, seandainya ini benar adanya.

 

Di dalam Al Qur’an, surat yang jumlah ayatnya 111 ada 2 (dua) yaitu :

  1. Q.S. Yusuf        (surat ke – 12)
  2. Q.S. Al Isra        (surat ke – 17)

Q.S. Al Isra yang Allah swt tempatkan pada urutan ke – 17 menurut tertib surat dalam Al Qur’an, juga memberikan informasi yang sangat luar biasa.

Sebagaimana kita ketahui bahwa pertama kali Rasulullah diperintah untuk melaksanakan shalat tatkala beliau melakukan perjalanan Isra dan Mi’raj. Dan kisah perjalanannya itu dikisahkan di dalam Q.S. Al Isra.

Angka – 17 sendiri yang merupakan urutan tempat Al Isra berada, seolah mengisyaratkan kepada kita bahwa perintah shalat yang wajib dilakukan adalah 17 rokaat sehari semalam.

 

Dari sini kita bisa melihat korelasi yang sangat jelas bahwa sehari-semalam kita melaksanakan shalat wajib sebanyak 17
rokaat dengan total jumlah gerakannya sebanyak 111 gerakan (lihat penjelasan di atas), begitupun dengan penempatan surat Al Isra (surat dimana dikisahkan peristiwa Isra dan Mi’raj) ditempatkan pada nomor 17 dengan 111 ayat.

 

17 rokaat : 111 gerakan = No. 17 : 111 ayat

 

Kalau Q.S. Yusuf (surat ke – 12) merupakan tonggak awal informasi tentang shalat, maka Q.S. Al Isra (surat ke – 17) merupakan penegasan yang lebih rinci tentang shalat, khususnya shalat fardhu/wajib.

 

 

  • Shalat Gerhana

     

Pengertian Gerhana :

Gerhana merupakan kejadian astronomi yang terjadi apabila satu objek astronomi bergerak ke dalam bayang objek astronomi yang lain. Terdapat dua jenis gerhana:

Gerhana matahari terjadi ketika posisi Bulan terletak di antara Bumi dan Matahari sehingga menutup sebagian atau seluruh cahaya Matahari. Itu terjadi bila bulan berada di antara matahari dan bumi pada satu garis lurus yang sama, sehingga sinar matahari tidak dapat mencapai bumi karena terhalangi oleh bulan. Walaupun Bulan lebih kecil, bayangan Bulan mampu

 


 

 

 

melindungi cahaya matahari sepenuhnya karena Bulan yang berjarak rata-rata jarak 384.400 kilometer dari Bumi lebih dekat dibandingkan Matahari yang mempunyai jarak rata-rata 149.680.000 kilometer.

Gerhana Bulan terjadi saat sebagian atau keseluruhan penampang bulan tertutup oleh bayangan bumi. Itu terjadi bila bumi berada di antara matahari dan bulan pada satu garis lurus yang sama, sehingga sinar matahari tidak dapat mencapai bulan karena terhalangi oleh bumi.


 

 

Bagaimana sebaiknya seorang muslim menyikapinya ketika terjadi gerhana?

 

Hadis riwayat Aisyah ra., ia berkata:


Pada masa Rasulullah saw. pernah terjadi gerhana matahari. Saat itu Rasulullah saw. melakukan salat gerhana, beliau berdiri sangat lama dan rukuk juga sangat lama, lalu mengangkat kepala dan berdiri lama, tapi tidak seperti lamanya berdiri pertama. Kemudian beliau rukuk lama, tapi tidak seperti lamanya rukuk pertama. Selanjutnya beliau sujud. Kemudian berdiri lama, namun tidak seperti lamanya berdiri pertama, rukuk cukup lama, namun tidak selama rukuk pertama, mengangkat kepala, lalu berdiri lama, tapi tidak seperti lamanya berdiri pertama, rukuk cukup lama, tapi tidak seperti lamanya rukuk pertama, lalu sujud dan selesai. Ketika salat usai matahari sudah nampak sempurna kembali. Beliau berkhutbah di hadapan kaum muslimin, memuji Allah dan menyanjung-Nya, dan bersabda: Sesungguhnya matahari dan rembulan itu termasuk tanda-tanda kebesaran Allah. Keduanya terjadi gerhana bukan karena kematian atau kelahiran seseorang. Oleh sebab itu, jika kalian melihat keduanya gerhana, maka bertakbirlah, berdoalah kepada Allah, kerjakanlah salat dan bersedekahlah! Hai umat Muhammad, tidak seorang pun lebih cemburu daripada Allah, bila hambanya, lelaki maupun perempuan, berbuat zina. Hai umat Muhammad, demi Allah, seandainya kalian tahu apa yang kuketahui, tentu kalian banyak menangis dan sedikit tertawa. Ingatlah! Bukankah aku telah menyampaikan

Shahih Muslim : 1499

Allah berfirman (yang artinya), “Dialah yang menjadikan matahari bersinar dan bulan bercahaya dan ditetapkannya manzilah-manzilah (tempat-tempat) bagi perjalanan bulan itu, supaya kamu mengetahui bilangan tahun dan perhitungan (waktu). Allah tidak menciptakan yang demikian itu melainkan dengan hak. Dia menjelaskan tanda-tanda kebesaran-Nya kepada orang-orang yang mengetahui” (Yunus:5)

Dan Dia juga berfirman (yang artinya), “Dan sebagian dari tanda-tanda kebesaran-Nya ilalah malam, siang, matahari dan bulan. Janganlah bersujud kepada matahari dan janganlah (pula) bersujud kepada bulan, tetapi bersujudlah kepada Allah yang menciptakannya, jika kamu hanya kepada-Nya saja menyembah” (Fushilat:37)

Shalat gerhana adalah sunnah muakadah menurut kesepakatan para ulama, dan dalilnya adalah As Sunnah yang tsabit dari Rasulullah Sholallahu ‘Alaihi Wasallam.

Al Bukhari dan Muslim telah meriwayatkan dari hadits Abu Mas’ud Al Anshari berkata (yang artinya),“Terjadi gerhana matahari pada hari meninggalnya Ibrahim Bin Muhammad Sholallahu ‘Alaihi Wasallam maka manusia mengatakan, “Terjadi gerhana matahari karena kematian Ibrahim”. Maka Rasulullah Sholallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda, “”Sesungguhnya matahari dan bulan adalah dua tanda dari tanda-tanda kekuasaan Allah, keduanya tidak terkena gerhana karena kematian atau kehidupan seseorang, jika kalian melihat yang demikian itu, maka bersegeralah untuk ingat kepada Allah dang mengerjakan Sholat” “.[1] (AL Bukhari ( Nomer 1041, 1057, 3204) dan Muslim (Nomer 911).)

Mengapa pelaksanaan shalat gerhana berbeda dengan shalat yang lainnya?

Shalat yang wajib kita lakukan dalam sehari semalam adalah sebanyak 5 (lima) waktu, yaitu :

  • Shalat Shubuh        : 2 (dua) rokaat
  • Shalat Dhuhur        : 4 (empat) rokaat
  • Shalat Ashar        : 4 (empat) rokaat
  • Shalat Maghrib        : 3 (tiga) rokaat
  • Shalat Isya        : 4 (empat) rokaat

 

Untuk shalat-shalat sunnah, baik yang rawatib, mutlak ataupun shalat-shalat sunnah yang lain, dipastikan mengikuti gerakan/tata cara sahalat wajib. Namun beberapa diantaranya cara melakukannya berbeda, seperti shalat sunnah gerhana (baik gerhana bulan maupun matahari).

 

Seperti kita ketahui bahwa shalat gerhana (baik matahari maupun bulan) terdapat penambahan satu kali ruku dalam setiap rokaatnya, sehingga kalau dua rokaat semuanya ada dua kali ruku’.

 

 

Hadits yang mendasari dilakukannya shalat gerhana ialah:

“Telah terjadi gerhana matahari pada hari wafatnya Ibrahim putera Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam. Berkatalah manusia: Telah terjadi gerhana matahari kerana wafatnya Ibrahim. Maka bersabdalah Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam “Bahwasanya matahari dan bulan adalah dua tanda dari tanda-tanda kebesaran Allah. Allah mempertakutkan hamba-hambaNya dengan keduanya. Matahari gerhana, bukanlah kerana matinya seseorang atau lahirnya. Maka apabila kamu melihat yang demikian, maka hendaklah kamu shalat dan berdoa sehingga habis gerhana.”

(HR. Bukhari & Muslim)

 

 

Apa sebenarnya rahasia dari semua itu? Mengapa Rasulullah mencontohkan shalat gerhana seperti itu? Jika hanya dua rokaat, mengapa tidak dilakukan seperti shalat shubuh saja?

 

Dari penjelasan di atas, kita dapat membuktikan bahwa penambahan dua kali ruku’ dalam shalat gerhana, ternyata mengungkap pesan yang luar biasa bagi ilmu pengetahuan.

Kita sudah mengetahui bahwa gerakan ruku’ membentuk sudut 90°, sehingga jika kita melakukan dua kali ruku’ berarti; 2 X 90° = 180°. Sebagaimana kita ketahui 180° merupakan garis lurus.



 

Ternyata gerakan dua kali ruku’ ini merupakan isyarat dan pesan yang luar biasa bagi kita, seolah-olah Rasulullah memberikan pesan bagi kita tentang peristiwa gerhana itu sendiri.

Mungkin karena kondisi masyarakat saat itu (Mekkah dan Madinah), terutama pemahaman tentang ilmu pengetahuan termasuk astronomi, maka pesan ini Rasulullah sampaikan dalam bentuk yang riil melalui gerakan shalat, hingga suatu saat umat Islam bisa mengungkapkan rahasia dibalik gerakan tersebut.

 

Dan saat ini kita sudah melihat rahasia itu bahwa sebenarnya Rasulullah ingin menyampaikan bahwa “gerhana (matahari/bulan) terjadi apabila posisi matahari, bumi dan bulan terletak dalam satu garis lurus

Ketika tata surya kita sedang gerhana, maka kita pun melakukan ibadah dengan posisi yang mengekspresikan gerhana tersebut (melakukan penambahan dua kali ruku’ dalam dua rokaat), sambil memuji kebesaran Allah swt. Subhaanallah!

 

  • Shalat Jenazah

 

Pengertian shalat jenazah :

 

Shalat Jenazah adalah jenis shalat yang dilakukan untuk jenazah
muslim. Setiap muslim yang meninggal baik laki-laki maupun perempuan wajib dishalati oleh muslim yang masih hidup dengan status hukum fardhu kifayah

 

Shalat jenazah tidak dilakukan dengan ruku’, sujud maupun iqamah, melainkan dalam posisi berdiri sejak takbiratul ihram hingga salam. Berikut adalah urutannya:

  1. Berniat, niat shalat ini, sebagaimana juga shalat-shalat yang lain cukup diucapkan didalam hati dan tidak perlu dilafalkan, tidak terdapat riwayat yang menyatakan keharusan untuk melafalkan niat.
  2. Takbiratul Ihram pertama kemudian membaca surat Al Fatihah
  3. Takbiratul Ihram kedua kemudian membaca shalawat atas Rasulullah SAW minimal :“Allahumma Shalli ‘alaa Muhammadin” artinya : “Yaa Allah berilah salawat atas nabi Muhammad”
  4. Takbiratul Ihram ketiga kemudian membaca do’a untuk jenazah minimal:“Allahhummaghfir lahu warhamhu wa’aafihi wa’fu anhu” yang artinya : “Yaa Allah ampunilah dia, berilah rahmat, kesejahteraan dan ma’afkanlah dia”.Apabila jenazah yang dishalati itu perempuan, maka bacaan Lahuu diganti dengan Lahaa. Jika mayatnya banyak maka bacaan Lahuu diganti dengan Lahum.
  5. Takbir keempat kemudian membaca do’a minimal:“Allahumma laa tahrimnaa ajrahu walaa taftinna ba’dahu waghfirlanaa walahu.”yang artinya : “Yaa Allah, janganlah kiranya pahalanya tidak sampai kepadanya atau janganlah Engkau meluputkan kami akan pahalanya, dan janganlah Engkau memberi kami fitnah sepeninggalnya, serta ampunilah kami dan dia.”
  6. Mengucapkan salam

 

Dari keterangan di atas dapat kita simpulkan bahwa pelaksanaan shalat jenazah dilakukan tanpa adanya ruku’ dan sujud. Mengapa?

Jika dijawab dengan “keimanan” tentunya kita yakin dan percaya, bahwa kita melakukan shalat jenazah seperti itu karena mencontoh Rasulullah saw. Jadi tidak usah dipertanyakan lagi.

Namun seandainya yang bertanya itu seorang anak kecil atau dia bukan seorang muslim. Seperti pengalaman penulis, mereka tidak puas hanya sebatas jawaban tersebut. Meskipun mereka meyakini bahwa Rasulullah adalah utusan Allah swt dan segala perbuatannya selalu atas petunjuk dari Allah swt sehingga Rasulullah menjadi contoh tauladan bagi para pengikutnya.

 

Seandainya kita kembali kepada pembahasan di awal, tentang makna dari Q.S. Yusuf ayat 4. Berputarnya mereka (tata surya) merupakan suatu keharusan sebagai bentuk kepatuhan mereka kepada Sang Maha Khaliq dan juga sebagai pembuktian bahwa mereka adalah hidup.

Sehingga bagi setiap mahluk ciptaan Allah swt yang masih hidup, hukumnya wajib bagi mereka untuk “sujud/berputar/thawaf“.

Dengan demikian bagi mahluk ciptaan Allah swt yang sudah mati/tidak bernyawa tidak ada keharusan baginya untuk “sujud/berputar/thawaf”.

 

Dari penjelasan sebelumnya, bahwa kita melakukan shalat dalam 1 rakaat = 1 putaran = 360°,


 

 

 

 

 

 

Maka tentunya bagi orang yang sudah meninggal dunia, tidak tidak melakukan putaran itu walau 1° pun.

Dengan demikian, pelaksanaan shalat jenazah tanpa gerakan ruku’ dan sujud dapat kita fahami secara matematis juga, bahwa untuk menandakan bahwa orang yang sudah meninggal tidak mungkin melakukan putaran (shalat – pen).

 

Kita sekarang semoga lebih memahami bahwa setiap mahluk hidup, wajib baginya untuk melakukan shalat dan merupakan sebuah keharusan, mungkin caranya saja yang berbeda. Manusia, hewan dan tumbuh-tumbuhan mempunyai tata cara shalat yang berbeda sesuai dengan petunjuk dari Allah swt.

 


 

Oleh: Asep Tutuy Turyana | 28 April 2010

TATA SURYA KITA BERSUJUD

  1. PLANET-PLANET, MATAHARI DAN BINTANG PUN BERSUJUD.

 

Mungkin kita bertanya, mengapa Yusuf bisa mengambil kesimpulan bahwa planet-planet, matahari dan bulan bersujud?

Apakah sama sujud mereka dengan sujud yang kita lakukan ketika shalat?

 

Bagaimanakah gerakan benda-benda tersebut dalam mimpi Yusuf, sehingga Yusuf membuat sebuah ungkapan/definisi “sujud” bagi benda-benda tersebut? Mengapa Yusuf mengungkapkannya dengan bahasa/kata “sujud” bukan dengan kata yang lain, seperti “berputar” .

 

Sekali lagi, ini bukanlah sebuah kebetulan tapi sebuah kesengajaan, agar kita dapat menelaah maksud dari semua itu.

 

Kita ketahui bahwa benda-benda langit rata-rata bentuknya bulat seperti bola, gerakan benda langit yang sudah kita fahami adalah bahwa mereka berotasi (berputar pada porosnya) dan atau berevolusi (berputar mengelilingi benda lain).

 

Gerakan-gerakan inilah yang secara umum biasa dilakukan oleh benda-benda langit. Gerakan rotasi (berputar pada porosnya) dan revolusi (berputar sambil mengelilingi benda lain) merupakan sunatullah dan merupakan hal yang wajib bagi mereka untuk melakukannya sebagai bukti kepatuhan mereka kepada sang Khaliq yaitu Allah swt.

Mereka berotasi dan berevolusi secara teratur dan mengikuti aturan (garis edar) yang telah ditetapkan oleh Allah swt.

 

Dari ungkapan Yusuf dalam mimpinya dapat kita katakan bahwa sujud mereka diekspresikan dengan cara berputar baik itu berotasi maupun berevolusi.

Berarti dapat kita simpulkan bahwa benda langit berputar = benda langit

sujud/shalat (karena sujud merupakan gerakan inti dari shalat)


Planet, matahari, bulan berputar = planet, matahari, bulan bersujud

= planet, matahari, bulan shalat

 

    Jadi bagi benda langit ; berputar = sujud = shalat

 

Dan subhanallah, benda-benda langit itu berthawaf/berputar secara teratur mengelilingi matahari dengan posisi matahari di sebelah kiri sama halnya ketika kita berthawaf mengelilingi ka’bah, sungguh suatu pesan yang amat agung dari Sang Maha Khaliq yaitu Allah swt

    

Sekarang kita akan memahami, mengapa gerakan-gerakan dalam shalat, kita ekspresikan dengan cara berdiri, ruku, sujud, duduk diantara dua sujud dan lain-lain. Jadi bukan hanya karena sunnah rasul,

                

 

Shalatlah sebagaimana kalian lihat aku shalat. (HR Bukhori Muslim)

namun hal inipun dapat dibuktikan secara ilmiah, bahwa ketika kita shalat pada hakikatnya kita berputar/thawaf dan kita niatkan menghadap kiblat/ka’bah.

 

Setiap 1 (satu) rokaat kita berputar sebanyak 1 (satu) kali putaran, yaitu 360°.

Perhatikan gambar ekspresi gerakan shalat kita di bawah ini!

 

 

    

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Jadi sebenarnya setiap kita shalat, kita selalu berthawaf/berputar mengelilingi

ka’bah. Sama halnya dengan benda-benda langit yang terus berputar sebagai

bukti kepatuhan mereka kepada sang Khaliq, kitapun melakukan hal yang sama,

kita berputar dengan cara kita (sebagaimana dicontohkan oleh Rasulullah saw).

 

Dengan demikian, shalat kita tidak cukup hanya sebatas mengingat saja, namun

harus dimanifestasikan juga dengan gerakan yang mengisyaratkan bahwa kita

berputar/thawaf mengelilingi ka’bah. Suatu karunia yang sangat agung, bahwa

ibadah kita dapat dibuktikan secara ilmiah dan masuk akal, sebagaimana

pedoman Allah swt dalam Al Qur’an maupun contoh yang telah dilakukan oleh

Rasulullah saw.

 

 

  1. KODE LINGKARAN/BERPUTAR/SUJUD ADALAH 32

 

Salah satu surat dalam Al Qur’an yang artinya “sujud” adalah surat As Sajdah

yang Allah swt tempatkan pada surat ke – 32, adakah maksud Allah swt

menempatkan Q.S. As Sajdah sebagai surat yang ke – 32 dalam urutan surat –

surat? Sebagaimana Allah swt tempatkan Q.S. Al Fatihah pada urutan pertama,

meskipun secara urutan turunnya (disampaikan kepada Rasulullah saw), yang

pertama turun adalah Q.S. Al Alaq (surat ke – 96). Semoga kita termasuk

golongan Ulil Albab yang dapat mengambil hikmah – hikmah dari segala

sesuatu yang Allah swt ciptakan.

 

Sebagaimana Allah swt ungkapkan dalam Q.S. Ali Imran 190 – 191 :

 

 


 

 

 

 

 

 

 

Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya

malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal,(190)

 

(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau

dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan

bumi (seraya berkata): “Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini

dengan sia-sia. Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka.(191)

 

Sungguh tidak ada yang sia – sia segala sesuatu yang Dia lakukan.

 

Dari keterangan ini, penulis bisa sampaikan bahwa kode angka dari

sujud/berputar adalah 32. Allah swt menempatkan Q.S. As Sajdah yang berarti

sujud pada urutan ke – 32 dari tertib surat dalam Al Qur’an. Untuk membuktikan bahwa Kode Putaran/sujud itu adalah 32 adalah adanya bukti-bukti sebagai berikut. Beberapa bukti di

alam yang berhubungan dengan

angka 32 yang artinya berputar/ satu

putaran diantaranya ;

 

  1. Jumlah gigi orang dewasa yang utuh adalah 32, yang terdiri dari 16 buah pada bagian atas dan 16 buah pada bagian bawah, yang masing – masing bagian membentuk setengah lingkaran. Jadi jika setengah lingkaran kodenya 16, maka satu lingkaran adalah 32.

 

 

 

 

 

  1. Secara kebetulan atau sebuah kesengajaan, bahwa jumlah lingkaran terluar/teras pertama dari borobudur, salah satu bangunan yang menjadi salah satu keajaiban dunia jumlah stupa (A Rupadhatu bagian bawah) berjumlah 32.


 

 

 


 

 


 

 

 

 

 

 

Allah swt telah berfirman, bahwa Dia akan memperlihatkan tanda-tanda

kebesaran -Nya di segenap penjuru dunia dan di dalam diri manusia, untuk

meyakinkan kita akan kebesaran Allah swt dan Al Qur’an.


 

 

Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan) Kami

di segenap ufuk dan pada diri mereka sendiri, sehingga jelaslah bagi mereka

bahwa Al Qur’an itu adalah benar. Dan apakah Tuhanmu tidak cukup (bagi

kamu) bahwa sesungguhnya Dia menyaksikan segala sesuatu? (53)

 

Bukti Kode lingkaran pada diri manusia adalah jumlah gigi orang dewasa yang berjumlah 32, dan bukti di alam adalah terdapat pada bagian A rupadhatu (Borobudur) dengan jumlah stupa terluar berjumlah 32 buah.

 

Dengan demikian kita mendapatkan kesimpulan bahwa kode lingkaran/sujud = 32


 

Oleh: Asep Tutuy Turyana | 28 April 2010

TEORI HELIOSENTRIS DALAM PANDANGAN SAINS QURAN

  1. MATAHARI SEBAGAI PUSAT TATA SURYA (HELIOSENTRIS)

 

  1. PENGERTIAN HELIOSENTRIS DARI SUDUT ASTRONOMI

 

Fenomena Heliosentris dan Geosentris sebenarnya masih menjadi perbincangan yang cukup serius di kalangan kita, beberapa diantara kita meyakini bahwa teori Heliosentris adalah teori yang mendekati kebenaran, sementara beberapa yang lainpun meyakini hal serupa bahwa teori Geosentris adalah teori yang mendekati kebenaran.

 

Tanpa merasa diri paling benar dalam mengungkapkan tentang teori yang mana yang paling benar, penulis mencoba menguraikan teori Heliosentris dilihat dari sudut Astronomis. Tentu sangat tidak mudah membuktikannya bahwa bumi berputar mengelilingi matahari.

Ternyata dari pengamatan astronomi menunjukkan bahwa memang Bumi yang mengitari Matahari. sekarang bagaimana membuktikannya? Satu-satu-nya cara membuktikan fenomena langit adalah melalui ilmu astronomi, yaitu ketika pengamatan dilakukan pada benda-benda langit lalu memberikan penjelasan ilmiah tentang apa yang sebenar-nya terjadi disana.

Bukti pertama, adalah yang ditemukan oleh James Bradley (1725). Bradley menemukan adanya aberasi bintang.

APAKAH ABERASI BINTANG ITU?

Secara sederhana proses aberasi bintang dapat diilustrasikan sebagai berikut : saat hari sedang hujan, cobalah kita berdiri di tengah-tengah air hujan tersebut dengan demikian kita akan merasakan air hujan jatuh tepat di kepala kita dengan kondisi vertikal/tegak lurus dengan kepala kita. Selanjutnya jika kita menggunakan payung dengan posisi masih berdiri di tengah-tengah hujan, maka bagian muka dan belakang kepala kita tidak akan terciprat air hujan. Kemudian kita mulai berjalan maju ke depan, perlahan-lahan dan semakin cepat berjalan, maka kita akan merasakan seolah-olah air hujan yang jatuh tadi, malah membelok dan menciprati muka kita. Untuk menghindari cipratan air hujan ke muka kita, maka kita cenderung mencondongkan payung ke muka.

Dari ilustrasi ini kita bisa menyimpulkan, sebenarnya air hujan tetap jatuh tegak lurus dengan kepala kita, namun karena kita bergerak relatif ke depan, maka seolah-olah yang terjadi adalah air hujan itu membelok dan menciprati muka kita.

Demikian halnya dengan fenomena aberasi bintang, sebagaimana ilustrasi di atas, sebetulnya posisi bintang selalu tetap pada suatu titik di langit, tetapi dari pengamatan astronomi, ditemukan bahwa posisi bintang seolah-olah mengalami pergeseran dari titik awalnya, meskipun pergeserannya tidak terlalu besar, tetapi hal ini cukup untuk menunjukkan bahwa memang sebenarnya bumi yang bergerak.

Mari kita perhatikan gambar 1.

 

 

 

 

 

 

Dari ilustrasi yang diberikan di atas, aberasi terjadi jika pengamat adalah orang yang berdiri ditengah hujan itu , dan arah cahaya bintang adalah arah jatuhnya air hujan. Selanjutnya pengamat bergerak lurus ke depan, tegak lurus arah jatuhnya hujan. N menyatakan posisi bintang, O posisi pengamat di Bumi. Arah sebenarnya bintang relatif terhadap pengamat adalah ON, sedangkan jaraknya tergantung pada kecepatan cahaya.

Kemudian Bumi bergerak pada arah OO’ dengan arah garis tersebut merepresentasikan lajunya. Ternyata dari hasil pengamatan menunjukkan bahwa bintang berada pada garis ON’ padahal sebenarnya berada pada garis ON, dengan NN’ paralel dan sama dengan OO’. Dengan demikian posisi tampak bintang seolah-olah bergeser dari posisi sebenarnya dengan sudut yang dibentuk antara NON’.

Jika memang Bumi tidak bergerak, maka untuk setiap waktu, sudut NON’ adalah 0°, tetapi dalam kenyataannya sudut NON’ tidak nol. Hal ini adalah bukti yang pertama yang menyatakan bahwa memang bumi bergerak.

Bukti kedua adalah paralaks bintang.

APAKAH PARALAKS BINTANG ITU?

Ilustrasi sederhana untuk memahami dari efek paralaks bintang dapat kita lakukan sebagai berikut.

Cobalah letakkan telunjuk kita dengan posisi berdiri tepat berada di depan wajah kita dan tempelkan di hidung, kemudian kita coba melihat telunjuk kita dengan menggunakan mata kita (kiri dan kanan) secara bergantian (ketika melihat dengan mata kiri, mata kanan kita pejamkan, begitupun sebaliknya). Apa yang akan terjadi?

Kita akan melihat bahwa posisi telunjuk bergeser terhadap objek di belakangnya. Pergeseran inilah yang dinamakan dengan paralaks.

Para astronom, menggunakan metode (efek paralaks) ini untuk menghitung
jarak ke bintang dengan menghitung sudut antara garis-garis pandang bintang, yang diamati di dua tempat yang berbeda.

Metode perhitungan ini pertama kali dilakukan oleh Bessel (1838). Paralaks bintang bisa terjadi jika posisi suatu bintang yang jauh, seolah-olah tampak ‘bergerak’ terhadap suatu bintang yang lebih dekat. (Perhatikan gambar 2). Fenomena ini hanya bisa terjadi, karena adanya perubahan posisi dari Bintang akibat pergerakan Bumi terhadap Matahari.

Perubahan posisi ini membentuk sudut p, jika kita mengambil posisi ujung-ujung saat Bumi mengelilingi Matahari. Sudut paralaks dinyatakan dengan (p), merupakan setengah pergeseran paralaktik bilamana bintang diamati dari dua posisi paling ekstrim.

 

 

 

Perhatikan Gambar 2.

 

 


 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Bagaimana kita bisa menjelaskan fenomena ini? Hal ini hanya bisa dijelaskan jika Bumi mengelilingi Matahari dan bukan sebaliknya

 

Bukti ketiga adalah adanya efek Doppler.

APAKAH EFEK DOPPLER ITU?

Ilustrasi untuk memahami efek Doppler dapat Penulis kemukakan sebagai berikut :

Jika kita berdiri di suatu tempat, tiba-tiba sebuah mobil ambulance atau patroli polisi bergerak mendekati kita sambil membunyikan sirine, kita akan mendengar nada bunyi sirine tersebut semakin dekat semakin tinggi. Kemudian jika ambulan/patroli polisi tersebut bergerak dan menjauhi kita, nada bunyi sirine yang terdengar akan semakin lama semakin rendah (sampai akhirnya hilang).

Dari ilustrasi di atas, kita bisa menyimpulkan bahwa jika sumber bunyi (dalam hal ini adalah mobil ambulance atau patroli polisi) dan pengamat atau pendengar “bergerak relatif” satu sama lain (menjauhi atau mendekati) maka frekuensi yang ditangkap oleh pengamat tidak sama dengan frekuensi yang dipancarkan oleh sumber bunyi.

Bergerak relatif maksudnya adalah apakah karena pengamatnya yang bergerak atau sumber bunyinya yang bergerak.

Sebagaimana yang telah diperkenalkan oleh Newton, bahwa ternyata cahaya bisa dipecah menjadi komponen me-ji-ku-hi-bi-ni-u (merah-jingga-kuning-hijau-biru-nila dan ungu), maka pengetahuan tentang cahaya bintang, menjadi sumber informasi yang valid tentang bagaimana sidik jari bintang. Ternyata pengamatan-pengamatan astronomi menunjukkan bahwa banyak perilaku bintang menunjukkan banyak obyek-obyek langit mempunyai sidik jari yang tidak berada pada tempatnya. Bagaimana mungkin? Penjelasannya diberikan oleh Christian Johann Doppler
(1842), bahwa jika suatu sumber informasi ‘bergerak’ (informasi ini bisa suara, atau sumber optis), maka terjadi ‘perubahan’ informasi.

Demikian juga pada sumber cahaya, jika sumber cahaya mendekat maka gelombang cahaya yang teramati menjadi lebih biru, kebalikannya akan menjadi lebih merah. Ketika bumi bergerak mendekati bintang, maka bintang menjadi lebih biru, dan ketika menjauhi menjadi lebih merah.

Disuatu ketika, pengamatan bintang menunjukkan adanya pergeseran merah, tetapi di saat yang lain, bintang tersebut mengalami pergeseran Biru. Jadi bagaimana menjelaskannya? Ini menjadi bukti yang tidak bisa dibantah, bahwa ternyata bumi yang bergerak (bolak-balik – karena mengelilingi Matahari), mempunyai kecepatan, relatif terhadap bintang dan tidak diam saja.

Dengan demikian ada tiga bukti yang mendukung bahwa memang bumi bergerak mengelilingi matahari, dari aberasi (perubahan kecil pada posisi bintang karena laju bumi), paralaks (perubahan posisi bintang karena perubahan posisi bumi) dan efek Doppler (perubahan warna bintang karena laju bumi).

Tentu saja bukti-bukti ini adalah bukti-bukti ILMIAH, dimana semua pemaknaan, pemahaman dan perumusannya mempergunakan semua kaidah-kaidah ilmiah, masuk akal dan mengandung kebenaran ilmiah.

 

 

 

 

 

 

  1. PENGERTIAN HELIOSENTRIS DARI SUDUT SAINS QUR’AN

 

Marilah kita perhatikan lagi Q.S. Yusuf (12) ayat 4 berikut ini :


 


 

 

(Ingatlah), ketika Yusuf berkata kepada ayahnya : “Wahai ayahku, sesungguhnya aku bermimpi melihat sebelas benda angkasa yang terdiri dari “kaukab” (planet), matahari dan bintang, kulihat semuanya bersujud kepadaku”

 

Firman Allah swt dalam Q.S. Yusuf ayat 4 tersebut di atas, menyebutkan syamsa/matahari setelah kata kaukaban dan sebelum qomar (bulan) atau diletakkan diantara kata “kaukab/planet” dan “qomar/bulan“. Allah swt sengaja mengurutkannya demikian. Hal ini mengisyaratkan bahwa matahari berada di (tengah) pusat tata surya.

 

Sebenarnya bisa saja Allah swt menyebutkan kata syamsa/matahari di awal atau di akhir yang penting maksudnya sama. Namun Allah swt sepertinya menyengaja mengurutkan benda-benda tersebut secara urut : kaukaban – wasy syamsa – walqomaro agar kita sebagai hamba Allah, dapat mengambil pelajaran dari sebagian tanda-tanda kebesaran-Nya.

Sekali lagi, ini adalah bentuk kesengajaan dari Allah swt dan bukan sebuah kebetulan.

 

Manusia adalah mahluk yang sengaja diciptakan Allah swt agar dapat memaksimalkan seluruh kemampuan fikiran dan daya nalarnya, beda dengan mahluk Allah swt yang lainnya. Manusia sebagai khalifah di muka bumi ini, mempunyai dan dibekali dengan berbagai kemampuan yang diberikan Allah swt agar mampu mengemban misi sebagai khalifah tersebut.

 

Banyak sekali tanda-tanda kekuasaan Allah swt baik yang tersurat maupun yang tersirat yang membutuhkan kemampuan dan daya nalar yang tinggi dari kita sebagai hamba-Nya. Semua itu tentunya tidak dimaksudkan untuk mempersulit manusia, namun sebagai bahan ujian, sehingga akan menambah keyakinan dan keimanan kita kepada Allah swt.

 

 

 

 

Sama seperti yang Allah swt sampaikan di dalam Q.S. Adz Dzariat ayat 56 :


 


 

Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah/ beribadah kepada-Ku. (56)


Kata (jinna) mendahului kata (insa), hal ini menyatakan bahwa jin memang secara historis diciptakan Allah swt lebih dahulu daripada manusia. Meskipun kita lihat secara makna jika susunannya kita balik (insa wal jinna) tidak akan merubah kalimat tersebut secara makna, namun sekali lagi Allah swt ingin menginformasikan segala sesuatunya dengan sangat jelas, sehingga kita bisa belajar segala sesuatu hal dengan benar dan pasti.

 

Terlepas dari penafsiran Penulis, semoga saja hal ini dapat menjadikan salah satu referensi kepada kita semua.

 

Dengan demikian Allah swt ingin menginformasikan maksud dari Q.S. Yusuf ayat (4) ini bahwa matahari adalah pusat dari tata surya kita.

 

Subhanallah, pelajaran ini yang hampir saja luput dari pengetahuan kita. Kita bahkan sangat membanggakan ilmuwan barat yang menyatakan bahwa matahari adalah pusat tata surya kita.

 

Jadi pernyataan / teori tentang heliosentris sudah dikemukakan oleh Yusuf beberapa abad sebelum diungkapkan oleh Cofernicus atau ilmuwan barat lainnya seperti Kepler, Galileo Galilei dan Isack Newton

Oleh: Asep Tutuy Turyana | 28 April 2010

SHALATNYA TATA SURYA KITA

SHALATNYA TATA SURYA KITA

(Telaah Q.S. Al Yusuf : 12)

 

 

  1. SEKILAS KISAH NABI YUSUF A.S.

     

    Dari beberapa sumber dikatakan bahwa Nabi Yaqub a.s memiliki 12 (dua belas) orang anak dari ke-empat istrinya. Salah satunya adalah Yusuf, yang merupakan buah hati dari hasil pernikahannya dengan Rahil.

     

    Ke-dua belas anaknya yaitu ; Syam’unn, Lawi, Yahuza, Yasakir dan Zabulon dari pernikahannya dengan Laiya, Yusuf dan Bunyamin dari pernikahannya dengan Rahil serta dari ke-dua istrinya yang lain adalah Dan, Naftali, Jad dan Asyir (Ismail pamungkas ; Riwayat Nabi)

     

    Sejak kecil Yusuf telah menampakkan ahlak yang baik dibandingkan dengan saudara-saudaranya yang lain, hal inilah yang menjadi salah satu kekaguman ayahnya (Nabi Yaqub a.s) sehingga ia sangat menyayangi Yusuf melebihi anak-anaknya yang lain.

     

    Hal ini tentunya menimbulkan kecemburuan dari saudara-saudara Yusuf yang lain, yang menganggap Nabi Yaqub a.s (ayahnya) pilih kasih terhadap mereka. Sehingga mereka tidak segan-segannya untuk mencelakai Yusuf.

     

    Di suatu malam, Yusuf kecil bermimpi dalam tidurnya. Dalam mimpinya itu, ia melihat ada sebelas benda angkasa, diantara sebelas benda angkasa tersebut adalah matahari dan bulan. Ke-sebelas benda angkasa itu, semuanya “bersujud” kepada Yusuf.

     

    Ketika pagi tiba, Yusuf bergegas menemui sang ayah, Nabi Yaqub a.s, seorang nabi yang sangat bijaksana sehingga sangat dihormati oleh seluruh keluarga. Yusuf-pun menceritakan mimpinya itu kepada ayahanda tercinta.

     

    “Wahai ayahku! Sungguh malam tadi aku bermimpi melihat sebelas benda angkasa (kaukab, matahari dan bulan), semuanya bersujud kepadaku!” kata Yusuf.

    “Mimpimu indah sekali, nak! Itu bukti sayang Allah swt kepadamu!” jawab Nabi Yaqub a.s

    “Ayah harap, kamu tidak menceritakan mimpimu itu kepada saudara-saudaramu!” lanjut Nabi Yaqub a.s

    “Baik ayah!” jawab Yusuf.

     

    Itu adalah salah satu kutipan dari kisah Nabi Yusuf a.s, seorang nabi yang mendapat karunia dari Allah swt. Ia adalah seorang pemimpin yang bijaksana, ahli strategi dan memiliki kemampuan untuk melihat kejadian di masa yang akan datang.

     

    Dari kisah Yusuf ini pula kita mendapatkan sebuah “kalimat yang luar biasa” yang keluar dari perkataan Yusuf kecil.

    Yusuf mengungkapkan mimpinya dengan menyebutkan, bahwa kaukab, matahari dan bulan bersujud kepadanya.

     

    Mengapakah Yusuf membuat kesimpulan bahwa mereka (benda angkasa itu) bersujud? Apakah sama sujud mereka/benda angkasa itu ekspresinya dengan sujud kita dalam shalat?

     

    Pertanyaan-pertanyaan ini yang akan kita coba bahas, serta hal-hal lain yang terkandung dalam kisah mimpi seorang Yusuf kecil.

     

     

  2. MIMPI YUSUF

 

Dalam tulisan ini, akan diuraikan beberapa hal serta alasan, mengapa gerakan shalat yang kita lakukan, ekspresinya seperti yang kita lakukan sekarang dilihat dari sisi sains yaitu ada gerakan ruku’, I’tidal, sujud, duduk diantaa dua sujud dan duduk tasyahud.

 

Penulis berharap tulisan ini sedikit memberikan gambaran yang didasari rasa penasaran penulis terhadap ayat Al Qur’an, khususnya ayat 4 dari Q.S. Yusuf. Bagi penulis ayat ini sangat luar biasa yang bisa mengungkap beberapa hal dari sekian banyak yang selama ini masih menjadi tanda tanya.

 

Ayat ini adalah menjadi pondasi awal untuk mengungkap beberapa fenomena yang terjadi selama ini. Selain itu pengalaman penulis ketika mengajar di sebuah sekolah, banyak sekali pertanyaan para siswa saat itu yang sempat dan hampir tidak bisa dijawab secara logika. Meskipun tidak semuanya aturan/hukum Islam harus dibuktikan secara logika tetapi cukup dengan iman.

 

Beberapa pertanyaan yang sempat terlontar dari para siswa (mereka adalah siswa Sekolah Dasar, kelas 3 dan 4)

 

Mengapa shalat itu gerakannya seperti yang kita lakukan sekarang?

Mengapa shalat gerhana itu ada tambahan dua ruku, jika dua rokaat mengapa tidak seperti shalat shubuh saja?

Mengapa shalat jenazah itu tidak memakai ruku dan sujud?

 

Dan beberapa pertanyaan lain yang membuat penulis semakin penasaran untuk mengungkap jawabannya. Bayangkan pertanyaan-pertanyaan itu muncul dari anak-anak yang usianya sekitar 9 atau 10 tahunan dan harus mereka fahami alasannya.

Mungkin bagi kita cukup dengan mengungkapkan salah satu hadits Nabi :


 

 

 

“Shalatlah kalian sebagaimana kalian melihat aku shalat” (HR Bukhori)

 

Artinya, dengan iman saja kita cukup mendapatkan jawabannya, bahwa semua yang dilakukan Rasulullah pasti semuanya atas petunjuk dari Allah swt, jadi kita yakin dan percaya sehingga kita tidak perlu mempertanyakan lagi mengapa seperti itu caranya.

 

Dalam kesempatan kali ini penulis mencoba menelaah Q.S. Yusuf ayat 4, semoga saja uraian nanti akan memberikan informasi yang lebih jelas tentang maksud ayat tersebut dan kaitannya dengan shalat yang kita lakukan saat ini, sehingga diharapkan akan menjadi salah satu hujjah yang bisa diterima, bukan hanya dikalangan umat muslim namun juga para umat lain di luar muslim.

 

Penulis hanya teringat salah satu Hadits Nabi yang berbunyi :

 

 

 

 

 

“Apabila seseorang diantara kalian berijtihad dan hasil ijtihadnya benar, maka dua pahala baginya, namun jika ternyata hasil ijtihadnya salah, maka baginya satu pahala” (HR Bukhori Muslim)

 

Bagi penulis ijtihad bermakna mencurahkan segenap fikiran dan kemampuan kita untuk menghasilkan sesuatu. Jika upaya kita dalam mencurahkan fikiran dan kemampuan kita ternyata benar, maka akan ada dua pahala yang kita dapatkan, pertama dari niat dan usaha kita dan kedua dari hasil yang kita lakukan bermanfaat bagi orang banyak. Kalaupun ternyata hasil pemikiran dan kemampuan kita salah, minimal kita sudah mendapat pahala dari niat baik kita untuk mewujudkan upaya itu. Semoga saja ini menjadikan salah satu sumbangsih yang bermanfaat bagi kita semua, amiin.

 

Allah swt menceritakan tentang mimpi Yusuf yang terdapat dalam Q.S. Yusuf ayat 4, sebagai berikut :


 

 

 

 

(Ingatlah), ketika Yusuf berkata kepada ayahnya: “Wahai ayahku, sesungguhnya aku bermimpi melihat sebelas bintang, matahari dan bulan, kulihat semuanya bersujud kepadaku”

(Terjemah DEPAG)

 

Mengapa dalam firman Allah swt tersebut di atas menyebutkan benda – benda

angkasa tersebut bersujud, bagaimanakah bentuk sujud benda-benda tersebut.

Apakah sama ekspresi mereka dengan sujud yang biasa kita lakukan dalam

shalat kita? Dan mengapa pula dalam firman tersebut terungkap bilangan/angka
sebelas, mengapa jumlah/angka sebelas ini muncul?. Apa sebenarnya makna dibalik semua itu?

 

  1. KAUKAB/KAWAKIB ADALAH PLANET-PLANET

 

Apakah sebenarnya “Kaukab” itu?

 

Dari beberapa terjemah/tafsir yang Penulis temukan, kata “Kaukab” sering diartikan dengan bintang, sampai saat inipun penafsiran terhadap ayat tersebut belum mengalami perubahan. Sehingga kisah mimpi Yusuf yang difirmankan Allah swt dalam Q.S. Yusuf ayat 4 tersebut selalu dikatakan bahwa Yusuf bermimpi sebelas bintang, matahari dan bulan yang bersujud kepadanya. Padahal di beberapa ayat, Allah swt menyebutkan kata bintang dengan kata “Najm/An Najm”

    

Jadi penulis berpendapat, Allah swt memberikan informasi kepada kita bahwa “Kaukab/Kawakib” adalah jenis benda langit yang lain dan bukan bintang.

Apalagi dari beberapa penafsiran yang penulis temukan, bahwa seolah-olah jumlah
bintang dalam mimpi Yusuf itu hanya berjumlah sebelas. Padahal sebagaimana kita ketahui bahwa jumlah bintang di alam semesta ini tak terhitung jumlahnya dan Allah swt tidak akan keliru menginformasikan segala sesuatu kepada kita. Semua firman Allah swt itu benar dan mutlak adanya.

 

Bahkan matahari kita pun termasuk dalam golongan bintang, jadi secara logika seandainya “kaukab” itu dimaknai “bintang” mungkin penyebutan “syams” yang berarti matahari tidak akan dicantumkan dalam ayat tersebut.

 

Bintang menurut pengertian ahli astronomi adalah, benda angkasa yang dapat mengeluarkan cahaya sendiri, karena matahari kita pun dapat mengeluarkan cahaya sendiri, maka ia termasuk golongan bintang. Sebagaimana firman Allah swt dalam Q.S. Yunus ayat 5 :


 

 


 

 

“Dia-lah yang menjadikan matahari bersinar dan bulan bercahaya dan ditetapkan-Nya manzilah-manzilah (tempat-tempat) bagi perjalanan bulan itu, supaya kamu mengetahui bilangan tahun dan perhitungan (waktu). Allah tidak menciptakan yang demikian itu melainkan dengan hak. Dia menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-Nya) kepada orang-orang yang mengetahui”

 

Dari ayat tersebut di atas dijelaskan bahwa matahari sebagai sumber cahaya karena dapat mengeluarkan cahaya sendiri (bersinar) dan ini adalah salah satu sifat bintang sedangkan bulan hanya memancarkan/memantulkan cahaya (bercahaya) yang diterimanya dari matahari.

 

Menurut penulis, seandainya Allah swt ingin menjelaskan bahwa yang dimaksudnya adalah bintang, tentu akan menggunakan kata “Najm” seperti halnya pada ayat-ayat yang lain yang menjelaskan makna bintang itu sendiri.

 

Bahkan surat ke – 53 adalah Surat An Najm yang artinya Bintang. Dengan demikian kata kaukab dalam Q.S. Yusuf ayat 4 tersebut adalah benda lain selain bintang, yaitu planet.

    
 

 

 

    Sehingga apabila kita memaknai kata “kaukab” ini dengan planet, maka kita

akan lebih memahami makna serta maksud dari ayat tersebut. Bahwa informasi yang disampaikan Yusuf lewat mimpinya adalah gambaran sistem tata surya kita. Hal inilah yang belum dan tidak disadari oleh kita khususnya umat Islam selama ini, karena masih terbelenggu dengan pemaknaan yang kurang jelas.

 

Dengan demikian kita bisa mengetahui, sebenarnya pengetahuan tentang tata surya kita sudah diinformasikan oleh Yusuf (Nabi Yusuf a.s) lewat mimpinya yang disampaikan kepada ayahnya, yaitu Nabi Yaqub a.s.

 

Sehingga pemaknaan dari Q.S. Yusuf ayat 4 adalah sebagai berikut :

 

(Ingatlah), ketika Yusuf berkata kepada ayahnya : “Wahai ayahku, sesungguhnya aku bermimpi melihat sebelas benda angkasa yang terdiri dari “kaukab” (planet), matahari dan bintang, kulihat semuanya bersujud kepadaku”

 

Angka 11 (sebelas) yang diinformasikan Yusuf tidak merujuk pada jumlah kaukab/planet. Apalagi jika kita terjemahkan kaukab dengan bintang (sebelas bintang). Kita ketahui bahwa jumlah bintang di semesta alam ini tidak terhitung jumlahnya. Jadi sangat tidak relevan seandainya kita mengartikan kaukab dengan bintang.

    

Jadi informasi yang disampaikan Yusuf kepada kita (dalam mimpinya) adalah informasi tentang sistem tata surya kita. Kita ketahui bersama bahwa sistem tata surya kita terdiri dari Matahari sebagai pusatnya dan planet-planet yang mengitari matahari (Heliosentris)

Susunan tata surya kita sebagaimana yang kita ketahui adalah :

 

 

Matahari, Merkurius, Venus, Bumi (dan Bulan sebagai satelit bumi), Mars, Yupiter, Saturnus, Uranus, Neptunus dan Pluto.

 

Jumlah total adalah sebelas, sama dengan informasi yang disampaikan Yusuf kepada kita dalam surat Yusuf ayat 4.

 

Dengan demikian pengetahuan tentang sistem tata surya/solar system berawal dari informasi yang disampaikan Yusuf, jauh sebelum orang-orang barat/ilmuwan barat menyampaikan akan hal ini.

 

Inilah yang menjadi landasan awal bagi penulis untuk mengungkap lebih dalam lagi tentang rahasia yang terkandung dalam Q.S. Yusuf ayat 4. Dari pemahaman bahwa kata “kaukab” adalah “planet” maka hal ini menjadi pintu untuk membuka rahasia-rahasia lainnya.


 

Oleh: Asep Tutuy Turyana | 27 April 2010

BEBERAPA FAKTA KEMUNCULAN BILANGAN 19 DALAM AL QURAN

FAKTA – FAKTA LAIN KEMUNCULAN BILANGAN 19 DALAM AL QUR’AN

 

Berikut ini adalah beberapa fakta sederhana tentang kemunculan bilangan 19 dalam Al Qur’an.

  1. Kalimat pembuka Al Qur’an, yaitu Basmallah, terdiri dari 19 huruf


  1. Kata “ism” muncul dalam Al Qur’an sebanyak 19 kali, 19 = 1 X 19
  2. Kata “Allah” muncul dalam Al Qur;an sebanyak 2698 kali, 2698 = 142 X 19
  3. Kata “Ar Rahman” muncul dalam Al Qur’an sebanyak 57 kali, 57 = 3 X 19
  4. Kata “Ar Rahiim” muncul dalam Al Qur’an sebanyak 114 kali, 114 = 6 X 19


 

 

 

 

 

 

 

 

 

  1. Di dalam Al Qur’an hanya terdapat 4 (empat) nama Allah swt yang nilai gematrikanya habis dibagi 19, yaitu :
    1. Kata “Wahid” nilai gematrikanya 19
    2. Kata ” Dzul fadlil ‘azhiim” nilai gematrikanya 2.698, 19 X 142
    3. Kata ” Majiid” nilai gematrikanya 57, 19 X 3
    4. Kata “Jaami’ ” nilai gematrikanya 114, 19 X 4

     

 

 

 

 

 

 

 

 

Kesesuaian frekwensi kemunculan kata dari “Basmallah” dan nilai gematrika dari nama-nama Allah swt

 

  1. Jika kita jumlah faktor-faktor pengali dari kata-kata yang membentuk “basmallah” tersebut di atas, 1 + 142 + 3 + 6 = 152, 152 = 8 X 19
  2. Al Qur’an terdiri dari 114 surat, dimana 114 = 6 X 19 (Kode angka ini mengingatkan pada bilangan prima, bahwa bilangan prima yang ke 114 = 619)
  3. Wahyu yang pertama kali turun (Q.S. Al ‘Alaq ; 1-5) terdiri dari 19 kata



 

  1. Wahyu yang pertama kali turun Q.S. Al Alaq (96) semuanya terdiri dari 19 ayat dan 285 huruf (285 = 19 X 15)
  2. Wahyu yang pertama kali turun Q.S. Al Alaq (96) semuanya terdiri dari 76 kata

= 4 X 19

  1. Wahyu yang pertama kali turun Q.S. Al ‘Alaq (96) yang ditempatkan pada juz ke – 30 diletakkan persis ditengah-tengah juz 30 { 19 surat dari surat An Naba (78) dan 19 surat dari surat An Naas (114)}

 


78 79 80 81 82 83 84 85 86 87 88 89 90 91 92 93 94 95 96 97 98 99 100 101 102 103 104 105 106 107 108 109 110 111 112 113 114


 

 

(dari deretan surat ini terlihat bahwa surat Al ‘Alaq seolah-olah menggantung, karena memang selain maknanya ‘segumpal darah”, al ‘alaq juga bisa berarti sesuatu yang menggantung)

  1. Jumlah nomor surat dari 78 – 96 (19 surat) (78+79+80+81+82+83+84+85+86+87+88+89+90+91+92+93+94+95+96) = 1.653, 1.653 = 19 X 87
  2. Jumlah nomor surat dari 96 – 114 (19 surat) (96+97+98+99+100+101+102+103+104+105+106+107+108+109+110+111+112+113+114) = 1.995, 1.995 = 19 X 105

Yang menarik adalah bilangan 87 dan 105 (hasil bagi dengan angka 19) merupakan nomor-nomor surat yang terletak di tengah-tengah.

 

  1. Surat yang tidak diawali dengan basmallah, terdapat pada surat At Taubah (ke-9) dan pada surat An Naml (27) terdapat dua basmalah, yaitu di awal dan pada ayat 30.


 

 

Seolah-olah mengganti basmalah yang hilang pada surat At Taubah, dan jarak dari Q.S. 9 ke Q.S. 27 adalah 19 surat.

 

 

9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27


1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19

 

 

 

 

 

  1. Jumlah nomor surat dari 9 ke 27 (9 + 10 + 11 + 12 + 13 + 14 + 15 + 16 + 17 + 18 + 19 + 20 + 21 + 22 + 23 + 24 + 25 + 26 + 27) = 342, 342 = 18 X 19
  2. Dengan adanya dua basmalah pada Q.S. An Naml, menggenapkan jumlah basmalah seluruhnya menjadi 114 basmalah, 114 = 6 X 19
  3. Surat ke – 50 bernama surat Qof, diawali dengan inisial “Q”, dan jumlah huruf qof yang terdapat pada Q.S. 50 tersebut ada 57 buah, 57 = 3 X 19
  4. Surat ke – 50, berisi 45 ayat, jika digabung antara nomor surat dan jumlah ayatnya, 50 + 45 = 95, 95 = 5 X 19
  5. Surat lain yang diawali oleh Qof adalah Q.S : 42 (Asy Syuura), dalam surat ini jumlah frekwensi kemunculan huruf Qof ada 57, 57 = 3 X 19
  6. Surat ke – 42, berisi 53 surat, jika digabung antara nomor surat dan jumlah ayatnya, 42 + 53 = 95, 95 = 5 X 19
  7. Seandainya huruf Qof, merupakan singkatan dari kata Qur’an, jumlah huruf Qof pada surat-surat yang diawali dengan inisial huruf Qof, yaitu yang terdapat pada surat Qof (50) dan surat Asy Syuro (42), jumlahnya ada 114 (57 + 57), 114 = 6 X 19
  8. Ayat pertama pada Q.S ke 50, menyebut Al Qur’an dengan kata “majiid“, jumlah gematrika dari kata ‘majiid’ (mim + jim + ya + dal = 40 + 3 + 10 + 4) adalah 57, sama persis dengan jumlah kemunculan jumlah huruf Qof pada surat tersebut, 57 = 3 X 19
  9. Kata “Qur’an” disebutkan dalam Al Qur’an sebanyak 57 kali. 57 = 19 X 3
  10. Pada surat ke – 42 (Asy Syuura), selain dibuka dengan Ha-miim pada ayat pertama, juga dibuka dengan huruf-huruf ; ‘ain – sin – qof pada ayat keduanya.
    1. Huruf ‘ain –nya        : 98
    2. Huruf sin –nya        : 54
    3. Huruf Qof –nya        : 57

      Jumlah            : 209 , 209 = 11 X 19

  11. Kata di dalam Al Qur’an, yang merupakan tengah-tengahnya Al Qur’an, yang berbunyi ” wal yatalaththof“, diletakkan pada ayat ke – 19, (Surat Al Kahfi)
  12. Selain surat ke – 42 (Asy Syuura), yang diawali dengan huruf Ha – miim, ada 6 surat lain yang diawali dengan huruf-huruf tersebut, yaitu :
    1. Surat ke 40 (Al Mu’min)    : Ha = 64, Miim = 380
    2. Surat ke – 41 (Fushilat)    : Ha = 48, Miim = 276
    3. Surat ke – 42 (Asy Syuura)    : Ha = 53, Miim = 300
    4. Surat ke – 43 (Az Zuhruf)    : Ha = 44, Miim = 324
    5. Surat ke – 44 (Ad Dukhon)    : Ha = 16, Miim = 150
    6. Surat ke – 45 (Al Jatsiyah)    : Ha = 31, Miim = 200
    7. Surat ke – 46 (Al Ahqof)    : Ha = 36, Miim = 225

      Jumlah            : Ha = 292 Miim = 1855, 292 + 1855 = 2147

                   2147 = 113 X 19

  13. Surat ke – 7 (Al A’raf) dibuka dengan huruf-huruf, Alif – Lam – Miim – Shod,
    1. Huruf Alif –nya        : 2529
    2. Huruf Lam –nya        : 1530
    3. Huruf Miim –nya        : 1164
    4. Huruf Shod –nya        : 97

      Jumlah            : 5320, 5320 = 280 X 19

  14. Surat ke – 19 ( Maryam) dibuka dengan huruf – huruf ; kaf – Ha – ya – ‘ain – shod
    1. Huruf Kaf –nya        : 137
    2. Huruf Ha –nya        : 175
    3. Huruf Ya –nya        : 343
    4. Huruf ‘Ain –nya        : 117
    5. Huruf Shod –nya        : 26

      Jumlah            : 798, 798 = 42 X 19

  15. Surat ke – 13 (Ar Ra’d) dibuka dengan huruf-huruf, Alif – Lam – Miim – Ra,
    1. Huruf Alif –nya        : 605
    2. Huruf Lam –nya        : 480
    3. Huruf Miim –nya        : 260
    4. Huruf Ra –nya        : 137

      Jumlah            : 1482 , 1482 = 78 X 19

  16. Ada 3 (tiga) surat yang diawali dengan huruf shod, yaitu :
    1. Surat ke – 7 (Al A’rof)        : 97
    2. Surat ke 19 (Maryam)        : 26
    3. Surat ke – 38 (Shod)        : 29

      Jumlah            : 152, 152 = 8 X 19

  17. Surat ke – 36 (Yaasiin), dibuka dengan huruf-huruf, Yaa – Siin,
    1. Huruf Ya –nya        : 237
    2. Huruf Siin –nya        : 48

      Jumlah            : 285, 285 = 15 X 19

       

       

  18. Surat – surat yang diawali dengan huruf-huruf; Alif – Lam – Ra, adalah ;
    1. Surat ke -10 (Yunus)        : Alif : 1319, Lam : 913, Ra : 257
    2. Surat ke – 11 (Hud)        : Alif : 1370, Lam : 794, Ra : 325
    3. Surat ke – 12 (Yusuf)        : Alif : 1306, Lam : 812, Ra : 257
    4. Surat ke – 14 (Ibrahim)    : Alif : 493, Lam : 323, Ra : 96
    5. Surat ke – 15 (Al Hijr)        : Alif : 585, Lam : 452, Ra : 160

      Jumlah            : Alif : 5073, Lam : 3294, Ra : 1095 = 9462

                   9462 = 498 X 19

  19. Surat – surat yang diawali dengan huruf-huruf; Alif – Lam – Miim, adalah :
    1. Surat ke – 2 (Al Baqoroh)    : Alif : 4502, Lam : 3202, Miim : 2195
    2. Surat ke – 3 (Ali Imron)    : Alif : 2521, Lam : 1892, Miim : 1249
    3. Surat ke – 29 (Al Ankabut)    : Alif : 774, Lam : 554, Miim : 344
    4. Surat ke – 30 (Ar Ruum)    : Alif : 544, Lam : 393, Miim : 317
    5. Surat ke – 31 (Luqman)    : Alif : 347, Lam : 297, Miim : 173
    6. Surat ke – 32 (As Sajdah)    : Alif : 257, Lam : 155, Miim : 158

      Jumlah    : Alif : 8915, Lam : 6493, Miim : 4436 =

      19874 , 19874 = 1046 X 19

  20. Surat – surat dalam Al Qur’an yang jumlah ayatnya kurang dari 10 ayat semuanya ada 19 surat , yaitu :

No 

Surat ke- 

Nama Surat 

Jumlah Ayat 

1 

1 

Al Fatihah 

7 

2 

114 

An Naas 

6 

3 

113 

Al Falaq 

5 

4 

112 

Al Ikhlas 

4 

5 

111

Al Lahab 

5 

6 

110 

An Nashr 

3 

7 

109 

Al Kafirun 

6 

8 

108 

Al Kautsar 

3 

9 

107 

Al Ma’un 

7 

10 

106 

Quraisy 

4 

11 

105 

Al Fiil 

5 

12 

104 

Al Humazah 

9 

13 

103 

Al Ashr 

3 

14 

102 

At Takatsur 

8 

15 

99 

Al Zalzalah 

8 

16 

98 

Al Bayyinah 

8 

17 

97 

Al Qodr 

5 

18 

95 

At Tiin

8 

19 

94 

Al Insyirah 

8 

 

  1. Angka-angka dalam Al Qur’an , dengan tanpa pengulangan jumlahnya 162.146 (19 X 8.534)


 

Oleh: Asep Tutuy Turyana | 27 April 2010

SURAT 19, SURAT MARYAM

SURAT 19

SURAT MARYAM

(Q.S. Maryam : 98 ayat)

 

Salah satu mu’jizat Allah swt yang telah kita ketahui adalah kisah Maryam, seorang wanita suci yang melahirkan seorang bayi yang kelak menjadi salah satu rasul utusan Allah swt yaitu Nabi Isa a.s.

Kisah hidup Maryam ini, Allah swt abadikan dalam Q.S. Maryam, surat ke – 19. Jika bukan karena mu’jizat dan kuasa dari Allah swt, tidak mungkin seorang wanita suci (yang belum pernah disentuh seorang laki-laki) akan melahirkan seorang anak.

Berita/informasi tentang kemu’jizatan yang dialami oleh Maryam disampaikan oleh Malaikat Jibril a.s. dan tertuang pada ayat ke – 19.

 


Ia (Jibril) berkata: “Sesungguhnya aku ini hanyalah seorang utusan Tuhanmu, untuk memberimu seorang anak laki-laki yang suci”.

(Q.S. 19 : 19)

 


Maryam berkata: “Bagaimana akan ada bagiku seorang anak laki-laki, sedang tidak pernah seorang manusiapun menyentuhku dan aku bukan (pula) seorang pezina!”

(Q.S. 19 : 20)


Jibril berkata: “Demikianlah . Tuhanmu berfirman: “Hal itu adalah mudah bagi-Ku; dan agar dapat Kami menjadikannya suatu tanda bagi manusia dan sebagai rahmat dari Kami; dan hal itu adalah suatu perkara yang sudah diputuskan.”

(Q.S. 19 : 21)

 

Jika kita lihat Q.S. Maryam (19) jumlah ayatnya adalah 98, sehingga kita dapatkan kode : 19 : 98, angka 98 mengingatkan kita kepada salah satu surat dalam Al Qur’an yang Allah swt tempatkan pada urutan ke 98, yaitu Q.S. Al Bayyinah yang artinya Bukti Yang Nyata. Apakah ini suatu informasi, bahwa angka – 19 memang sebuah Bukti Yang Nyata dari Allah swt?

Wallaahu ‘a-lam.

Oleh: Asep Tutuy Turyana | 27 April 2010

ANGKA 19, SALAH SATU MU’JIZAT ALLAH SWT

ANGKA 19

SALAH SATU MU’JIZAT ALLAH SWT

(One of the great miracles)


 

 

“Sesungguhnya (angka 19) itu adalah salah satu mu’jizat yang amat besar”

(Q.S. 74 : 35)

7 + 4 + 3 + 5 = 19

 

Penempatan ayat yang mengandung kata/angka “sembilan belas/19” oleh Allah swt pada Q.S. Al Mudatsir tentunya sudah diperhitungkan dengan matang dan teliti.

Selama ini pemahaman kita terhadap makna Al Mudatsir itu sendiri hanya terbatas pada pengertian “orang yang berselimut/berkemul“, tentunya tidak terlalu menarik untuk dikaji lebih jauh.

Namun jika kita fahami bahwa makna dari Q.S. Al Mudatsir ini adalah “rahasia yang tersembunyi/terselubung“, maka tentunya akan lebih menarik bagi kita untuk mengkajinya lebih dalam lagi.

Pengertian berselimut ini mempunyai makna “sesuatu yang tersembunyi dan belum terungkap”, makanya Allah swt menyuruh kita untuk bangkit untuk menyampaikan peringatan kepada orang lain.

Firman Allah swt dalam Q.S. Al Mudatsir ayat 1 -3 :

 


 

“Hai orang yang berselimut (yang masih tertutup pandangannya), Bangkitlah lalu berilah peringatan dan agungkanlah Tuhanmu”

 

Dari ayat tersebut di atas, Allah swt memberikan pesan kepada kita yang masih “berselimut” (belum terbuka pola fikir dan pemahaman) untuk segera bangkit menyampaikan peringatan agar mampu mengagungkan Kebesaran Allah swt.

 

Yang menjadi pertanyaan adalah peringatan seperti apakah yang akan kita sampaikan kepada orang lain sehingga sekaligus dapat mengagungkan Allah swt ?

Inilah rahasia yang harus kita cari jawabannya.

 

Jika memang Q.S. Al Mudatsir ini bermakna “rahasia yang tersembunyi”, memang benar adanya, karena di dalamnya terdapat rahasia yang selama ini belum terungkap.

Salah satunya adalah dicantumkannya kata/bilangan 19, yang Alah swt simpan pada ayat ke-30.


 

 

 

Di atasnya ada sembilan belas (30)


 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Dan tiada Kami jadikan penjaga neraka itu melainkan dari malaikat; dan tidaklah Kami menjadikan bilangan mereka itu (angka 19) melainkan untuk menjadi cobaan bagi orang-orang kafir, supaya orang-orang yang diberi Al Kitab menjadi yakin dan supaya orang yang beriman bertambah imannya dan supaya orang-orang yang diberi Al-Kitab dan orang-orang mu’min itu tidak ragu-ragu dan supaya orang-orang yang di dalam hatinya ada penyakit dan orang-orang kafir (mengatakan): “Apakah yang dikehendaki Allah dengan bilangan ini sebagai suatu perumpamaan?” Demikianlah Allah menyesatkan orang-orang yang dikehendaki-Nya dan memberi petunjuk kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan tidak ada yang mengetahui tentara Tuhanmu melainkan Dia sendiri. Dan (bilangan 19) itu tiada lain hanyalah peringatan bagi manusia. (31)


 

Sekali-kali tidak, demi bulan,(32)


 

 

dan malam ketika telah berlalu,(33)

 

 

dan subuh apabila mulai terang (34).


 

 

Sesungguhnya (bilangan 19) itu adalah salah satu (mu’jizat) yang amat besar (35),

 

 

sebagai peringatan bagi manusia.(36)

 

Ayat 36 ini, seakan menegaskan sekaligus jawaban dari pernyataan yang dikemukakan Allah swt pada awal surat Al Mudatsir, ketika kita (manusia yang masih berselimut/tertutup pandangannya) diseru untuk memberikan peringatan (ayat 2).

 

Dari ayat ini kita bisa mengetahui bahwa Allah swt menyuruh kita untuk bangkit dan memberikan peringatan kepada manusia dengan menyampaikan bahwa “angka 19” adalah mu’jizat terbesar dan dengan menjelaskan tentang hal tersebut diharapkan akan mampu mengagungkan kebesaran Allah swt.

 

Sebagian ahli tafsir, menjelaskan 19 sebagai jumlah malaikat. Menurut Dr. Rashad Khalifa, menafsirkan bilangan 19 sebagai jumlah malaikat adalah tidak tepat, karena bagaimana mungkin jumlah malaikat dapat dijadikan ujian bagi orang-orang kafir, dapat meyakinkan orang-orang kafir dan dapat meningkatkan keimaan orang yang telah beriman juga dapat menghilangkan keragu-raguan?.

Jadi bilangan 19 ini merupakan keajaiban/mu’jizat yang besar dari Al Qur’an (sesuai dengan bunyi ayat 35).

 

Sehingga terjawab sudah teka-teki seputar peringatan apa yang akan kita sampaikan kepada segenap umat manusia sehingga akan mengagungkan Allah swt.

 

Sesungguhnya bilangan 19 itu adalah salah satu mu’jizat yang amat besar agar menjadi peringatan bagi orang-orang yang beriman dan menjadi ancaman bagi orang-orang kafir. Wallaahu ‘a-lam.

Oleh: Asep Tutuy Turyana | 2 April 2010

MENGAPA 19 ?

MENGAPA “19”

“Matematika adalah bahasa Tuhan, ketika Dia menulis alam semesta”
Galileo (1564 – 1642 M)

Mungkin ada benarnya pendapat Galileo (1564 – 1642 M) tersebut di atas, bahwa alam semesta ini penuh dengan angka-angka tertentu atau struktur bilangan tertentu (enskripsi matematika).
Sebagaimana kita ketahui, bahwasannya alam semesta ini telah memberikan banyak pelajaran bagi kita semua, semuanya terstruktur dan sistematis, seperti orbit bulan, bumi dan planet-planet serta bintang-bintang, DNA, kromosom, lapisan-lapisan bumi dan atmosfer kita, unsur-unsur kimia dengan berbagai macam karakteristiknya.
Beberapa fenomena yang terjadi di alam dan hubungannya dengan Al Qur’an antara lain, misalnya saja, kata ”syahr” yang artinya bulan, Al Qur’an menyebutkan kata tersebut sebanyak 12 kali, hal ini menyatakan bahwa jumlah bulan dalam 1 (satu) tahun ada 12 bulan, kata ”yaum” yang berarti hari, Al Qur’an menyebutkan kata tersebut sebanyak 365 kali, yang menyatakan bahwa jumlah hari dalam 1 (satu) tahun rata-rata 365 hari, namun kata tahun yang dalam Bahasa Arab adalah ”sannah” Al Qur’an menyebutkan kata tersebut sebanyak 19 kali, mengapa hal ini terjadi? Apakah maksud Al Qur’an menyebutkan kata ”sannah” sebanyak 19 kali?
Hal ini dapat kita fahami di dalam ilmu astronomi, yang biasa dikenal dengan Siklus Meton (Metonic cycle), ditemukan oleh seorang ilmuwan Yunani yang bernama Meton, yang menyatakan bahwa ;
’siklus Meton adalah satu periode dimana posisi relatif bumi dan bulan kembali ke posisi semula secara berulang setelah 19 tahun kemudian’
Pernyataan dari Meton tersebut dapat kita jelaskan sebagai berikut :
Jika sekarang adalah tanggal 23 Juni 2008 dan bulan purnama terlihat pada posisi dekat dengan bintang cancer, kapankah kita bisa melihat bulan purnama tersebut dengan posisi yang persis sama?,
Jawabannya adalah pada tanggal 23 Juni 2027, yaitu 19 tahun kemudian.
Allah swt akan menunjukkan bukti-bukti akan kebenaran ayat-ayat-Nya, sebagaimana yang diinformasikan dalam Q.S. Fushshilat (41) : 53

Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan) Kami di segenap ufuk (penjuru duni) dan pada diri mereka sendiri, sehingga jelaslah bagi mereka bahwa Al Qur’an itu adalah benar. Dan apakah Tuhanmu tidak cukup (bagi kamu) bahwa sesungguhnya Dia menyaksikan segala sesuatu?

Dari pernyataan Allah swt tersebut (Q.S. 41 : 53), bahwa Allah swt akan memberikan bukti-bukti kebesaran-Nya kepada kita semua yang dapat kita jumpai di alam semesta ini dan juga di dalam diri (tubuh) kita.

Bukti-bukti untuk menjelaskan ayat-ayat Allah swt di alam dan di dalam diri kita berkaitan dengan fenomena angka – 19 diantaranya adalah :
1. Komet Halley mengunjungi tata surya kita setiap 76 tahun, 76 = 4 X 19
2. Tubuh manusia terdiri dari 209 rangka, 209 = 11 X 19
3. Secara umum lama kehamilan dari janin diperkirakan 280 hari atau 40 minggu dimulai setelah berakhirnya menstruasi, atau lebih akuratnya 266 hari atau 38 minggu setelah proses pembuahan. Angka 266 dan 38 merupakan kelipatan dari angka 19, 266 = 14 X 19 dan 38 = 2 X 19.
Pernyataan ini bisa dilihat di buku : ”LANGMAN’S MEDICAL EMBRIOLOGY” karangan T.W. Sadler, yang biasa dipergunakan sebagai buku wajib di sekolah Kedokteran di Amerika Serikat, pada halaman 88 edisi ke – XV : ”in general the lenghth of pregnancy for a full term fetus is considered to be 280 days or 40 weeks after onset of the last menstruation, or more accurately, 266 days or 38 weeks after fertilization”
4. Jumlah ruas tulang di tangan dan kaki berjumlah 19
5. Jika dijumlahkan ruas-ruas tulang di kedua tangan dan kedua kaki, jumlahnya adalah 4 X 19 = 76, dan angka 76 ini adalah nomor surat Al Insan yang berarti manusia.
6. Kerangka manusia, yaitu tulang leher ada 7 ruas dan tulang punggung ada 12 ruas, jadi jumlah seluruhnya 19 ruas
7. Dalam kalender tahun Qomariyyah (Sistem Peredaran Bulan), terjadinya tahun Kabisat terjadi pada 19 tahun sekali.

Itulah diantara bukti-bukti kebesaran Allah swt yang terdapat di alam dan di dalam diri manusia, diharapkan akan lebih meyakinkan kita terhadap kebenaran Al Qur’an dan diharapkan juga menjadi salah satu isyarat dan pelajaran bagi orang-orang yang berfikir.
Allah swt berfirman dalam Q.S. (Ar Rad) 13 : 19

Apakah orang yang mengetahui bahwasanya apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu itu benar, sama dengan orang yang buta? Hanyalah orang-orang yang berakal saja yang dapat mengambil pelajaran, (Q.S. 13 : 19)

Allah swt menyampaikan pesannya tersebut pun ditempatkan pada ayat ke – 19
(Q.S. Ar Rad). Apakah ini sebuah kebetulan?

Hal lain yang sangat unik ditunjukkan oleh angka 19, yaitu :
Jika kita perhatikan, bahwa bilangan 19, terdiri dari angka 1 dan 9, yang merupakan angka permulaan (1) dan angka terakhir (9) dari angka-angka real/nyata, dan yang memiliki kode/angka ini tiada lain adalah Dzat Yang Awal dan Dzat Yang Akhir, yaitu Allah swt,
Pernyataan ini Allah swt tegaskan di dalam firman-Nya :

”Dialah Yang Awal dan Yang Akhir, Yang Zhahir dan Yang Bathin; dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu” Q.S. Al Hadiid (57) : 3.

Pernyataan tersebut dicantumkan di dalam surat ke – 57, 57 = 3 X 19.

Dan sebagaimana yang telah disebutkan pada pendahuluan tulisan ini, bahwa angka – 19 adalah kode dari Allah swt, yang berarti satu (Wahid), Dia-lah Allah, Tuhan Yang Satu.

.

Katakanlah: ”Dia-lah Allah, Yang Maha Esa,(Q.S. Al Ikhlas/112 : 1)

Bukti lain dari pernyataan Allah swt tentang ke Maha Esa-an-Nya dan ke Maha Besarannya adalah tertuang dalam Q.S. Al An’am (6) : 19
Katakanlah: ”Siapakah yang lebih kuat persaksiannya?” Katakanlah: ”Allah. Dia menjadi saksi antara aku dan kamu. Dan Al Qur’an ini diwahyukan kepadaku supaya dengannya aku memberi peringatan kepadamu dan kepada orang-orang yang sampai Al Qur’an (kepadanya). Apakah sesungguhnya kamu mengakui bahwa ada tuhan-tuhan yang lain di samping Allah?” Katakanlah: ”Aku tidak mengakui”. Katakanlah: ”Sesungguhnya Dia adalah Tuhan Yang Maha Esa dan sesungguhnya aku berlepas diri dari apa yang kamu persekutukan (dengan Allah)”.(Q. S. Al An’am/ 6 : 19)

Pernyataan ini pun Allah swt tempatkan pada ayat ke – 19 dari Surat Al An’am (6), dan kalau kita lihat kodenya adalah : 6 ; 19, 6 X 19 = 114 dan 114 adalah jumlah total surat dalam Al Qur’an. Dari kode-kode bilangan tersebut 6.19 = 114, dan kalau kita hitung dari deret bilangan prima , bilangan prima yang ke 114 adalah 619. Subhanallah!

TABEL I BILANGAN PRIMA SAMPAI DENGAN INDEKS KE-120

2 3 5 7 11 13 17 19 23 29
31 37 41 43 47 53 59 61 67 71
73 79 83 89 97 101 103 107 109 113
127 131 137 139 149 151 157 163 167 173
179 181 191 193 197 199 211 223 227 229
233 239 241 251 257 263 269 271 277 281
283 293 307 311 313 317 331 337 347 349
353 359 367 373 379 383 389 397 401 409
419 421 431 433 439 443 449 457 461 463
467 479 487 491 499 503 509 521 523 541
547 557 563 569
571 577 587 593 599 601
607 613 617 619 631 641 643 647 653 659

Dari tabel di atas, terlihat bahwa bilangan prima ke – 114 = 619, ( 114 = 6 X 19)

Selain hal-hal tersebut di atas, angka – 19, memiliki keunikan lain, yaitu bahwa perkalian bilangan apapun jika dikalikan dengan 19, hasilnya dengan menggunakan metode cross-adding atau Theosophical Addition akan sama dengan faktor pengalinya :

Contoh :

1 X 19 = 19 = 1 + 9 = 10 = 1 + 0 = 1
2 X 19 = 38 = 3 + 8 = 11 = 1 + 1 = 2
3 X 19 = 57 = 5 + 7 = 12 = 1 + 2 = 3
4 X 19 = 76 = 7 + 6 = 13 = 1 + 3 = 4
5 X 19 = 95 = 9 + 5 = 14 = 1 + 4 = 5
6 X 19 = 114 = 11 + 4 = 1 + 1 + 4 = 6
7 X 19 = 133 = 13 + 3 = 1 + 3 + 3 = 7
8 X 19 = 152 = 15 + 2 = 1 + 5 + 2 = 8
9 X 19 = 171 = 17 + 1 = 1 + 7 + 1 = 9

Contoh yang unik; deret bilangan rokaat shalat dari shubuh sampai isya adalah :
24438 = 19 X 1286 , yang lebih unik lagi ternyata jumlah dari digit-digit tersebut adalah 17 ( 2 + 4 + 4 + 3 + 4 = 17) juga (1 + 2 + 8 + 6 = 17), dengan demikian angka – 19 adalah sebuah konstanta.
TABEL II BILANGAN PANGKAT DARI ANGKA 1 – 19

Hal lain yang dapat dikemukakan adalah jumlah bilangan pangkat dari angka 1 sampai dengan 19 ternyata hasilnya pun genap dapat dibagi dengan angka 19.

Older Posts »

Kategori